from-home

Atau from-flat untukmu yang sedang tidak bisa pulang dan terjebak di kosan, kontrakan, apartemen, dan sejenisnya.

Ilustrasi bekerja dari rumah (WFH)

Per tanggal 16 Maret 2020 lalu, tepatnya sehari setelah aku berlibur ke Selong, kantorku – dan juga kantor pajak di seluruh Indonesia resmi menutup layanan tatap muka dan menggantinya dengan layanan daring sehubungan dengan pencegahan virus corona (covid-19). Begitu juga dengan kantor-kantor lainnya yang memberlakukan work from home (WFH) untuk memutus rantai penularan virus corona ini.

Kami sendiri pada mulanya mendapatkan waktu WFH hingga 5 April 2020, namun setelah melihat perkembangan virus corona yang masih meluas, masa WFH kami diperpanjang. Sampai saat tulisan ini kuketik, aku dan teman-teman masih menjalankan WFH.

Bagaimana reaksi pertama ketika aku mendapatkan WFH?

Asyik, akhirnya bisa kerja dari rumah, nggak harus mikirin pakai baju apa, dandan kek gimana, dan tentunya bisa menghindari virus corona sambil kerjaan tetep jalan!

Namun di sisi lain juga begini, apalagi setelah WFH berjalan beberapa hari,

Ih bosen banget yang dilihat tiap hari cuma kamar sama kosan melulu, gak bisa ke mana-mana, takut corona 😦

Selain menjalankan WFH, aku juga update berita mengenai virus corona, khususnya di Surabaya (tempat asalku) dan Lombok (tempatku sekarang bekerja).

Rasa was-was mulai menghampiri, terlebih setelah aku tahu di kelurahan sebelah kelurahan tempat asalku ada yang positif covid-19 pada akhir Maret lalu,

Ya Allah! Ini kan tempat yang sering banget aku lewatin pas pulang, kita sehari-hari juga beli apa-apa di sana, aku khawatir sama ortu, gimana ya?

Hal ini sempat menurunkan semangat hidupku, termasuk semangat belajar.

Karena corona,

Semuanya serba tidak pasti. Semuanya serba ditunda, atau bahkan dihentikan karena makhluk kecil yang menyebar ke berbagai belahan dunia ini.

Aktivitas ekonomi negeri ini pun melemah akibat virus corona ini. Toko-toko tutup, banyak karyawan dirumahkan, pusat perbelanjaan tutup, dan masih banyak lagi. Pemasukan pun tak seperti biasanya, sehingga kita harus berhemat agar tetap memiliki cadangan di saat-saat krisis seperti ini.

Tidak hanya itu, dampak psikologis pun melanda kita. Banyak dari kita merasa terisolasi, terbatasi, dan terkunci. Kita jadi seperti burung dalam sangkar yang tak bisa ke mana-mana. Rasa kesepian pun turut melanda karena kita tidak bisa bertemu dengan orang yang kita sayangi secara langsung, kita hanya bisa berbicara lewat media daring seperti telepon, chat, dan video call. Kekhawatiran seolah menjadi teman setia. Bahkan beberapa dari kita ada yang mengalami gejala psikosomatik karena kekhawatiran tersebut. Batuk sedikit, takut. Panas sedikit, takut. Kata ‘corona’ seolah menjadi raja di histori browser kita.

~

Semua itu membuat kita bertanya-tanya, mengeluh, bahkan marah dengan keadaan.

Apa salahku? Kenapa tahun 2020 yang kugadang-gadang sebagai tahun terbaikku malah menjadi seperti ini? Kenapa semua yang kurencanakan sejak jauh-jauh hari malah jadinya seperti ini?

Nangis batinku, ngrantes uripku. Teles kebes netes eluh cendol dawet! Cendol dawet! *eh, lupakan

Bahkan, tidak sedikit yang menyalahkan pemerintah sebagai ulil amri^ di negeri ini,

Duh, pemerintah sih lemot! Kebanyakan acara!

Hah? Mau PSBB? Makan apa woi entar kita! Mau mati apa?

Dilarang mudik? Bosen tauk di kosan! Mana nyari makan di sini susyeh lagi! Gak mikir apa?

Duh, doi sok-sokan jadi pahlawan deh! Pasti ada kamsudnya!

Salah sendiri dulu juga dianggap guyonan!

Rezim zalim sih hadehhh!

Aku tahu, mungkin pemerintah Indonesia sedikit kecolongan pada awalnya. Namun, bukannya itu lebih baik daripada tidak sama sekali? Lagipula, sekarang pemerintah sudah membuat kebijakan dan tindakan yang menyelamatkan kita. Walau ada beberapa langkah yang kurang tepat, namun setidaknya tolong hargai langkah-langkah yang sudah tepat.

Ditambah kelakuan kita yang ‘batu’,

Ih, bosen tauk di rumah teros. Nongki ah!

Pulang ahhh, qtime gitu loh!*

WFH? Saatnya berlibur, sayang lah kalau gak dimanfaatin!

Ngapain sih pake masker kain? Kan di sini baru ada yang ODP!** Belum ada yang positif kan ye?

Kita gak takut sama corona, takut itu cuma sama Tuhan! Sape lu nglarang kite ibadah? Kite doa bambang di sono! Biar virus corona cepet ilang!

Belum lagi panic buying dan info-info yang menyesatkan,

APA? CORONA? BORONG APD SAMA MASKER MEDIS AHHH! (Padahal ada tim medis yang lebih membutuhkan)

Duh, takut ga bisa keluar nih! Pokoknya borong semua sampe puassss! (Padahal banyak barang yang sebetulnya tidak perlu, kalau nggak gitu jumlahnya berlebihan)

Yuk gaes gunakan dettol sebagai diffuser! (Padahal berbahaya jika dihirup)

dan sebagainya.

Itulah dampak negatif dan sambatan yang terjadi selama wabah corona ini ada di Indonesia. Aku pun juga mengalami dan merasakannya. Namun, bukannya selalu ada pelangi setelah awan? Bukankah selalu ada hikmah di balik musibah?

Karena corona,

Banyak dari kita disuruh bekerja dari rumah. Tentu saja kita tidak menggunakan kendaraan. Karenanya, polusi udara berkurang drastis. Langit yang biasanya kelabu kini menjadi biru. Jendela yang biasanya takut kita buka karena takut udara kotor masuk, kini tidak lagi. Iya ‘kan?

Aaaah segerrr, biasanya aja dah parno buka jendela.

Langit biru perkotaan. Photo by Nicholas Design on Unsplash

Selain itu, di rumah saja membuat kita menjadi produktif. Kita bisa melakukan apa-apa yang selama ini tidak kita lakukan karena kesibukan kerja.

Tuh yang bilang “aku sibuk!”, kini Tuhan telah memberikan waktu untuk bisa melakukan banyak hal. Tinggal bagaimana kita menggunakannya.

Merangkum materi agar kita cepat paham

Jika kita biasanya membeli makanan di luar dan kini banyak restoran tutup, nah ini saatnya kita memasak sendiri. Murah, enak, hemat, dan tentunya juga sehat. Betul?

Memasak makanan adalah kesempatan untuk mengeksplor diri

WFH adalah kesempatan untuk membersihkan tempat tinggal kita. Jika biasanya kamar selalu berantakan karena kita sudah lelah bekerja, sekarang kita memiliki kesempatan untuk membersihkannya.

Biasanya kamarku selalu berantakan dan kusut. Pada hari Rabu lalu, aku mencoba membersihkan seluruh kamarku. Aku begitu puas ketika melihat kamarku yang sederhana ini nampak seperti apartemen yang ditinggali idol koriyah, di mataku, hahah

Yah lumayanlah meski nggak rapi-rapi amat

Dan yang paling penting,

Berada di rumah saja adalah saat yang paling tepat untuk merefleksi diri, memahami diri sendiri, dan meng-upgrade diri menjadi lebih baik. Mungkin pada saat sibuk bekerja kita hanya sibuk menjalankan rutinitas hingga tak pernah terlintas pertanyaan pada diri sendiri.

Refleksi diri saat di rumah saja. Photo by Philip Reitsperger on Unsplash

Yuk kita bersyukur dengan kesempatan kita di rumah saja. Banyak sekali orang-orang yang (sebetulnya) ingin di rumah saja namun tidak bisa dikarenakan pekerjaan mereka dan hal-hal lain.

Apresiasi setinggi-tingginya untuk orang-orang yang rela tidak di rumah untuk memastikan kebutuhan kita terjamin, baik itu kesehatan, makanan, dan masih banyak lagi.

Petugas medis. Photo by H Shaw on Unsplash

Akhir kata, stay safe dan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan bagi muslim(ah)! Mungkin ramadhan tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, namun aku yakin, kita bisa melaluinya dengan baik, Aamiin.


Ucapan Terima Kasih

Tulisan “from-home” ini terinspirasi dari story salah satu teman sekelasku saat kuliah di BDK Malang, yaitu Mbak Annisa Fitriyana Zaen (@) titizaen. Terima kasih sudah mengingatkan kita semua untuk selalu bersyukur dan melihat sisi indah dari suatu hal. Sukses dan sehat terus di sana, Mbak!

Terima kasih sudah mengingatkan, Mbak!


Lain-lain

*Untuk yang terpaksa pulang karena ada keperluan tertentu yang mendesak, tidak apa-apa asalkan tetap mematuhi protokol yang berlaku. Namun per tanggal 24 April 2020 semua transportasi umum di darat, laut, dan udara sudah dihentikan operasionalnya ‘kan ya? Mari kita saling menguatkan satu sama lain, insya Allah kalian akan bertemu orang-orang yang kalian sayang di saat terindah.

**Orang dalam Pemantauan. ODP adalah mereka yang memiliki gejala panas badan atau gangguan saluran pernapasan ringan, dan pernah mengunjungi atau tinggal di daerah yang diketahui merupakan daerah penularan virus tersebut. Selain itu, bisa juga orang sehat yang pernah kontak erat dengan kasus terkonfirmasi Covid-19. (Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/19/120200123/tentang-virus-corona-covid-19-apa-itu-istilah-odp-pdp-dan-suspek?page=2.)

^Ulil amri adalah sekelompok orang yang mengurus kepentingan-kepentingan umat. (Sumber: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/686)